Fenomena Ketertarikan Interpersonal melalui Internet
Ketertarikan interpersonal
melalui internet dapat diartikan
bahwa suatu perasaan dimana seorang individu menyukai atau tertarik terhadap internet
dan lainnya dengan
penilaian yang positif.
Dibawah ini ada beberapa factor yang dapat menyebabkan terjadinya
ketertarikan diantaranya :
1. Daya tarik fisik. Ini daya tarik . Inilah salah satu faktor yang sangat
sulit di rekayasa, dan mungkin bagi sebagian orang adalah faktor yang paling
tidak adil untuk dijadikan kriteria bagi seseorang untuk disukai orang lain.
Tetapi penelitian telah menunjukkan bahwa daya tarik fisik memang berpengaruh.
2. Kedekatan. Kedekatan di sini dalam arti dekat secara fisik/lingkungan.
Merasa Dekat/Familiar*. Salah satu alasan mengapa kedekatan dapat
menciptakan rasa suka karena meningkatkan perasaan familiar. Efek perasaan
familiar menimbulkan ketertarikan adalah fenomena yang sangat umum,
Kemiripan.
3. Social Reward. Seseorang cenderung mengulangi tingkah lakunya jika mereka
mendapatkan penghargaan atau keuntungan.
Dalam berinternet para netter dibuai
dengan banyaknya fitur internet seperti mailing, chatting, gaming, serta
jejaring sosial. Dalam menggunakan fitur tersebut kita biasanya tidaklah
sendiri, melainkan kita bertemu netter lain baik secara langsung maupun tidak
dan karena hal tersebut muncullah komunikasi diantara para netter karena
desakan kebutuhan manusia seperti kebutuhan akan aktualisasi diri dan kebutuhan
akan eksistensi orang lain. Dari komunikasi itulah timbul ketertarikan antara
netter satu dengan lainnya seperti seorang gamer yang menjagokan karakter
buatan orang lain yang jauh lebih kuat dari karakter game yang ia buat, atau
seorang pengguna jejaring sosial yang tertarik dengan lawan jenis setelah
melihat gambar profil orang lain yang dianggapnya menarik, bahkan dengan fitur
teleconference yang juga disediakan dalam berinternet menambah peluang
terjadinya ketertarikan antara netter satu dengan lainnya.
Hambatan dalam Interpersonal-Relation
1. Identitas Palsu, dalam dunia maya seorang netter dapat menggunakan
identitas palsu seperti identitas palsu yang dirancang seseorang pada akun
facebooknya, atau bisa juga orang tersebut memalsukan sebagian statusnya
seperti seorang yang telah menikan memasang status single pada facebooknya
untuk mencari perhatian orang lain atau memudahkannya mencapai sesuatu.
2. Kurang Terjaminnya Komitmen, setiap hubungan dibutuhkan adanya komitmen
dimana kedua belah pihak memiliki suatu persetujuan yang bersifat mengikat.
Dalam dunia maya seseorang bisa saja berjanji dan kemudian pooof menghilang
begitu saja dan melupakan semua kesepakatan seperti pada kegiatan jual beli
online sering terjadi penipuan dimana korban telah menyetor uang tetapi barang
tidak dikirim atau sebaliknya, dan kemudian penjual atau pembeli yang belum
memenuhi janjinya itu menghilang atau tidak online lagi.
3. Kurang Berlakunya Norma dan Etika, sering jika anda berkunjung ke situs
(yahoo.com) dimana situs tersebut memberikan informasi tentang suatu hal
mengenai suatu agama, ragam, atau suku maka anda akan menemui komentar-komentar
yang diketik dengan eksplisit dimana pada komentar tersebut menjelek-jelekkan
suatu RAS, baik komentar pro ataupun kontra.
Perilaku Negatif dalam Interpersonal
Online-Relation
Selain adanya hambatan dalam terjalinnya hubungan di
dunia maya di dalamnya juga terdapat beberapa perilaku negatif seperti adanya
cyber-cheating dan cyber flirting.
Cyber Cheating, atau perselingkuhan yang
terjadi di internet dapat terjadi ketika seseorang yang telah memiliki pasangan
memiliki hubungan yang dekat pula dengan orang lain. Misalkan seorang istri
memiliki akun jejaring sosial dimana mantannya masih terdaftar dalam daftar
temanya dan selama ini dia sering chatting dengan kata-kata mesra dan menggoda
dengan mantannya itu, maka hal tersebut dapat dikatakan dengan cyber-cheating.
Cyber Flirting, atau merayu yang
dilakukan dalam dunia maya. cyber flirting adalah suatu hal yang umum yang
terjadi di jejaring sosial bahkan game. Namun dalam terjadinya banyak terjadi
ketidakamanan yang membuatnya dikategorikan sebagai perilaku negatif, contohnya
adalah dalam cyber flirting orang bisa menggunakan bahasa yang tidak pantas, ditambah
lagi jika dalam terjadinya terdapat kepalsuan identitas maka semakin menjadi
perilaku negatif cyber flirting tersebut.
Sumber
: