Tugas
2
1.
Pengertian Stres
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan
tertekan, cemas dan tegang.
Dalam
bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau respon yang
menuntut
individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus & Folkman
(1986)
stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh tuntutan fisik
dari
tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai potensial
membahayakan,
tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya.
Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik maupun
psikologis
( Chapplin, 1999). Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang
digunakan
dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau
kondisi
fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada
organisme
itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya.
(McGrath, dan Wedford dalam Arend dkk,
1997).
Arti Penting Strees
Stress menurut
Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap
setiap tuntutan atau beban atasnya. Berdasarkan pengertian tersebut dapat
dikatakan stress apabila seseorang mengalami beban atau tugas yang berat tetapi
orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan
berespon dengan tidak mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut
dapat mengalami stress. Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis
dan psikologis.
Pengertian
Coping Stress
menurut Taylor (dalam Smet, 1994) adalah suatu proses dimana
individu mencoba untuk mengelola jarak yang ada antara tuntutantuntutan (baik
itu tuntutan yang berasal dari individu maupun tuntutan yang berasal dari
lingkungan) dengan sumber-sumber daya yang mereka gunakan dalam menghadapi
situasi stressful.
Menurut Lazarus (1996) coping stress adalah upaya kognitif dan tingkah laku untuk
mengelola tuntutan internal dan eksternal yang khusus dan konflik diantaranya
yang dinilai individu sebagai beban dan melampaui batas kemampuan individu
tersebut. Individu akan memberikan reaksi yang berbeda untuk mengatasi stres.
Jenis- jenis Coping Stress
Para
ahli menggolongkan dua strategi coping yang biasanya digunakan oleh
individu, yaitu: problem-solving focused coping, dimana individu secara
aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau
situasi yang menimbulkan stres; dan emotion-focused coping, dimana
individu melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam rangka
menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau
situasi yang penuh tekanan.
2. Teori Kepribadian Sehat
Allport
faktor utama tingkah lalu orang dewasa yang matang adalah sifat-sifat
yang terorganisir dan selaras yang mendorong dan membimbing tingkah laku
menurut prinsip otonomi fungsional.
Tujuh kriteria kematangan ini merupakan pandangan – pandangan Allport
tentang sifat-sifat khusus dari kepribadian sehat :
1. Perluasan Perasaan Diri
Ketika orang matang, dia mengembangkan perhatian – perhatian di luar
diri. Orang harus menjadi partisipan yang langsung dan penuh. Allport menamakan
hal ini “partisipasi otentik yang dilakukan oleh orang dalam beberapa suasana
yang penting dari usaha manusia”. Orang harus meluaskan diri ke dalam
aktivitas. Dalam pandangan Allport, suatu aktivitas harus relevan dan penting
bagi diri, harus berarti sesuatu bagi orang itu. Semakin seseorang terlibat
sepenuhnya dengan berbagai aktivitas atau orang atau ide, maka semakin juga dia
akan sehat secara psikologis.
2. Hubungan diri yang hangat dengan orang – orang lain
Allport membedakan dua macam kehangatan alam hubungan dengan orang-orang
lain ; kapasitas untuk keintiman dan kapasitas untuk perasaan terharu. Orang
yang sehat secara psikologis mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap
orangtua, anak, partner,dll. Orang mengungkapkan partisipasi otentik dengan
orang yang dicintai dan memperlihatkan kesejahteraannya. Perasaan terharu, tipe
kehangatan yang kedua adalah suatu pemahaman tentang kondisi dasar manusia dan
perasaan kekeluargaan dengan semua bangsa. Kepribadian yang matang sabar
terhadap tingkah laku orang-orang lain dan tidak mengadili atau menghukumnya.
Orang-orang yang sehat menerima kelemahan-kelemahan manusia.
3. Keamanan Emosional
Sifat dari kepribadian sehat ini meliputi beberapa kualitas, kualitas
utama adalah penerimaan diri. Kepribadian-kepribadian yang sehat mampu menerima
semua segi dari diri mereka, termasuk kelemahan-kelemahan dan
kekurangan-kekurangan yang dimiliki. Kepribadian-kepribadian yang sehat juga
mampu menerima emosi-emosi serta mengontrol emosi-emosi mereka.
4. Persepsi realistis
Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif.
Orang-orang yang sehat menerima relaita sebagaimana adanya.
5. Keterampilan-keterampilan dan tugas-tugas
Komitmen dalam orang-orang yang sehat begitu kuat sehingga mereka
sanggup menenggelamkan semua pertahanan yang berhubungan dengan ego dan
dorongan (seperti kebanggaan) ketika mereka terbenam dalam pekerjaan.
6. Pemahaman diri
Pengenalan diri yang memadai menuntut pemahaman tentang
hubungan/perbedaan antara gambaran tentang diri yang dimiliki seseorang dengan
dirinya menurut keadaan yang sesungguhnya. Semakin dekat hubungan antara kedua
gagasan ini, maka individu juga semakin matang. Orang yang memiliki suatu
tingkat pemahaman diri yang tinggi atau wawasan diri tidak mungkin
memproyeksikan kualitas-kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain.
7. Filsafat hidup yang mempersatukan
Orang-orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan-tujuan dan
rencana-rencana jangka panjang. Orang-orang ini mempunyai suatu perasaan akan
tujuan, suatu tugas untuk bekerja sampai selesai, sebagai batu sendi kehidupan
mereka, dan ini memberi kontinuitas bagi kepribadian mereka.
Carl Rogers
Memahami dan menjelaskan teori kepribadian sehat menurut rogers yang
meliputi
Perkembangan kepribadian “self”
Peranan positive regard dalam pembentukan kepribadian individu
Ciri-ciri orang yang berfungsi sepenuhya
1. PERKEMBANGAN KEPRIBADIAN
“SELF”
Roger bekerja dengan individu-individu yang terganggu yang mencari
bantuan untuk mengubah kepribadian mereka. Untuk merawat pasien-pasien ini,
Rogers mengembangkan suatu metode terapi yang menempatkan tanggung jawab utama
terhadap perubahan kepribadian pada klien, bukan pada ahli terapi.
Menurut Rogers, manusia yang sadar dan rasional, tidak dikontrol oleh
peristiwa-peristiwa masa kanak-kanak. Hal ini tidak menghukum atau mengutuk
kita untuk hidup dalam konflik dan kecemasan yang tidak dapat kita kontrol.
Masa sekarang dan bagaimana kita memandangnya bagi kepribadian yang sehat
adalah jauh lebih penting daripada masa lampau.
Rogers mempunyai konsepsi-konsepsi pokok didalam teorinya, yaitu:
· Organism, yaitu
keseluruhan individu
· Medan phenomenal, yaitu
keseluruhan pengalaman dan
· Self, yaitu bagian medan
phenomenal yang terdeferensiasikan dan terdiri dari pola-pola pengamatan dan
penilaian sadar daripada “I” atau “me”.
Self mempunyai beramacam-macam
sifat:
a. Self berkembang dari
interaksi organisme dengan lingkungannya.
b. Self mungkin
menginteraksikan nilai-nilai orang lain dan mengamatinya dalam cara yang tidak
wajar.
c. Self mengejar
keutuhan/kesatuan.
d. Organisme bertingkah laku
dalam cara yang selaras dengan self.
e. Pengalaman-pengalaman
yang tak selaras dengan struktur self diamati sebagai ancaman.
f. Self mungkin berubah
sebagai hasil dari pematangan dan belajar.
Saat kecil, anak-anak mulai membedakan salah satu segi pengalamannya
dari semua yang lain-lainnya. Anak-anak mulai menambahkan kata “aku” dan
“kepunyaanku”. Anak itu mengembangkan kemampuannya untuk membedakan antara apa
yang menjadi milik dan benda yang dilihat, diraba, didengar dan dicium ketika
dia mulai membentuk suatu gambaran tentang siapa dirinya. Dengan kata lain,
anak itu mengembangkan suatu “pengertian-diri’ (self concept).
Sebagian dari self concept, anak juga mengambarkan dia akan menjadi apa
dan siapa. Gambaran itu terbentuk sebagai suatu akibat dari bertambah
kompleksnya interaksi-interaksi dengan orang lain. Dengan mengamati orang
lainterhadap tingkah lakunya sendiri, anak itu secara ideal mengembangkan suatu
pola gambaran diri yang konsisten.
2. PERANAN POSITIF REGARD DALAM PEMBENTUKAN KEPRIBADIAN INDIVIDU
Positive regard, suatu kebutuhan yang memaksa, dimiliki semua manusia;
setiap anak terdorong untuk mencari positive regard. Akan tetapi tidak setiap
anak akan menemukan kepuasan yang cukup akan kebutuhan ini. Anak puas kalau
menerima kasih sayang dan cinta dari orang lain (ibunya), tetapi dia kecewa
kalau dia menerima celaan dan kurang mendapat cinta dan kasih sayang. Anak itu
akan tumbuh menjadi suatu kepribadian yang sehat, tergantung pada sejauh
manakah kebutuhan akan positive regard ini dipuaskan dengan baik.
Dalam hal ini, anak menjadi peka terhadap setiap tanda penolakan dan
segera mulai merencanakan tingkah lakunya menurut reaksi yang diharapkan. Anak
mengharapkan bimbingan tingkah lakunya dari orang-orang lain, bukan dari dirinya
sendiri. Karena ia telah merasa kecewa, maka kebutuhan akan positive regard
yang sekarang bertambah kuat, makin lama makin mengerahkan energi dan pikiran.
Anak itu harus bekerja keras untuk positive regard dengan mengorbankan
aktualisasi-diri.
Anak dalam situasi ini mengembangkan apa yang disebut Rogers
“penghargaan diri positif bersyarat” (conditional positive regard). Kasih
sayang dan cinta yang diterima anak adalah syarat terhadap tingkah lakunya yang
baik. Karena anak mengembangkan conditional positive regard maka ia
menginternalisasikan sikap-sikap ibu. Jika itu terjadi, maka sikap ibu diambil
alih oleh anak itu dan diterapkan kepada dirinya.
3. CIRI-CIRI ORANG YANG BERFUNGSI SEPENUHNYA
Hal yang pertama dikemukakan tentang versi Rogers mengenai kepribadian
yang sehat, yakni keribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari
ada, melainkan suatu proses, “suatu arahan bukan suatu tujuan”. Aktualisasi
diri berlangsung terus; tidak pernah merupakan suatu kondisi yang selesai atau
statis. Hal kedua dari aktualisasi diri adalah aktualisasi diri itu merupakan
suatu proses yang sukar dan kadang menyakitkan. Aktualisasi diri merupakan
suatu ujian, rentangan dan pecutan terus menerus terhadap semua kemampuan
seseorang. Hal ketiga tentang orang-orang yang mengaktualissikan diri, yakni
mereka benar-benar adalah diri mereka sendiri. Mereka tida bersembunyi
dibelakang topeng yang berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan mereka atau
menyembunikan sebagian diri mereka.
Rogers tidak percaya bahwa orang-orang yang mengaktualisasikan diri
hidup dibawah hukum-hukum yang diletakkan orang-orang lain. Arah yang dipilih,
tingkah laku yang diperlihatkan, semata-mata ditentukan oleh individu-individu
mereka sendiri. Rogers juga memberikan lima sifat orang yang berfungsi
sepenuhnya.
a) Keterbukaan Pada Pengalaman
Seseorang yang terhambat oleh syarat-syarat penghargaan, bebas untuk
mengalami semua perasaan dan sikap. Tak satu pun yang harus dilawan karena
tidak satu pun yang mengancam. Jadi, keterbukaan pada pengalaman adalah lawan
dari dalam dan dari luar disampaikan ke sistem syaraf organisme tanpa distorsi
atau rintangan.
Orang yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional” dalam
pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif
(kebahagiaan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat
daripada orang yang defensif.
b) Kehidupan Eksistensial
Orang yang berfungsi sepenuhnya, hidup sepenuhnya dalam setiap momen
kehidupan. Setiap pengalaman dirasa segar dan baru, seperti sebelumnya belum
pernah ada dalam cara yang persis sama. Maka dari itu ada kegembiraan karena
setiap saat pengalaman tersingkap. Orang yang berfungsi sepenuhnya jelas dapat
menyesuaikan diri karena struktur-diri terus-menerus terbuka kepada
pengalaman-pengalaman baru. Kepribadian yang demikian itu tidak kaku dan dapat
diramalkan.
c) Kepercayaan Terhadap
Organisme Orang Sendiri
Bertingkah laku menurut apa yang dirasa benar merupakan pedoman yang
sangat dapat diandalkan dalam memutuskan suatu tindakan, lebih dapat diandalkan
daripada faktor-faktor rasional atau intelektual. Orang yang berfungsi
sepenuhnya dapat bertindak menurut impuls-impuls yang timbul seketika dan
intuitif. Dalam tingkah laku yang demikian itu terdapat banyak spontanitas dan
kebebasan, tetapi tidak sama dengan bertindak terburu-buru atau sama sekali
tidak memperhatikan konsekuensi-konsekuensinya.
d) Perasaan Bebas
Rogers percaya bahwa semakin seseorang sehat secara psikologis, semakin
juga ia mengalami kebebasan untuk memilih dan bertindak. Orang yang sehat dapat
memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan-paksaan atau rintangan antara
alternatif pikiran dan tindakan. Orang yang berfungsi sepenuhnya memiliki suatu
perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa
depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan atau
peristiwa masa lampau.
e) Kreatifitas
Orang-orang yang kreatif dan spontan tidak terkenal karena konformitas
atau penyesuaian diri yang pasif terhadap tekanan-tekanan sosial dan kultural.
Rogers percaya bahwa orang-orang yang berfungsi sepenuhnya lebih mampu
menyesuaikan diri dan bertahan terhadap perubahan-perubahan yang drastis dalam
kondisi-kondisi lingkungan. Mereka memiliki kreatifitas dan spontanitas untuk
menanggulani perubahan-perubahan traumatis sekalipun, seperti dalam pertempuran
atau bencana-bencana ilmiah.
Sumber
: